Antara Originalitas Sebuah Karya/Pemikiran dengan Plagiarisme
Ilmu dan
pengetahuan itu harus berkembang. Untuk itu perlu adanya sebuah inovasi-inovasi
baru untuk menjadikan ia berkembang. Hal
inilah yang menyebabkan para dosen, mahasiswa, maupun para peneliti serta
pihak-pihak lain yang terkait dengannya untuk tidak melakukan kegiatan copy-paste-translate
terhadap hasil karya/pemikiran mereka dan menuntut adanya originalitas yang murni.
Seringkali kita mengucapkan “Jangan Melakukan Plagiarisme” sebagai sebuah
jargon untuk mewujudkan originalitas sebuah karya/pemikiran. Tapi apakah mewujudkan
originalitas sebuah karya/pemikiran yang murni seratus persen itu bisa terjadi?
Non sense lah. Kalo ada yang menyebutkan bisa, dijamin orang tersebut bohong.
Yang ada untuk saat ini hanyalah pengembangan dan modifikasi terhadap hasil
karya/pemikiran yang telah atau pernah ada. Atau minimal idenya yang terinspirasi
oleh karya-karya/pemikiran sebelumnya. Orang yang sering mengucapkan kata-kata “Jangan
Melakukan Plagiarisme” itu sebenarnya tidak sadar kalo ia sedang melakukan
sebuah plagiarisme. Mbok ya’o pake kata-kata lain seperti “Stop Googlisme” atau
“Maaf, Hasil Karya/Pemikiran Anda Sudah Kadaluarsa, Tolong Diperbaharui!” atau berbentuk
sindiran seperti “Yang Baru Tidak/Belum Ada Ya?” atau “Kemarin Kemana Saja? Kok
Masih Pake Yang Itu-Itu Saja?” atau “Cie,
yang cinta dan setia ama produk usang” atau yang lainnya. So, jangan takut jika
dituduh melakukan plagiarisme! Tunjukkan bahwa anda tidak sekedar sebagai
plagiator semata, tetapi niatkanlah untuk memperbaiki hasil karya/pemikiran
yang telah ada. Karena memang di masa sekarang ini kita tidak mungkin menjadi
mujtahid mutlak sementara kita dilarang untuk taqlid buta. Jadi jalan keluarnya
ialah al-muhafazah ala
al- qadim al-shalih wal akhdz bi al-jadid al-ashlah.
Tenang saja, tulisan ini sebenarnya
juga sebuah plagiarisme kok. :-) Hehehe...
Komentar
Posting Komentar