In Memoriam (Laporan Viskositas Zat Cair)
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kekentalan adalah sifat
dari suatu zat cair (fluida) disebabkan adanya gesekan antara molekul-molekul
zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair tersebut. Gesekan-gesekan inilah yang
menghambat aliran zat cair. Besarnya kekentalan zat cair (viskositas)
dinyatakan dengan suatu bilangan yang menentukan kekentalan suatu zat cair.
Hukum viskositas Newton menyatakan bahwa untuk laju perubahan bentuk sudut
fluida yang tertentu maka tegangan geser berbanding lurus dengan viskositas.
Suatu zat memiliki
kemampuan tertentu sehingga suatu padatan yang dimasukkan kedalamnya mendapat
gaya tekanan yang diakibatkan peristiwa gesekan antara permukaan padatan
tersebut dengan zat cair. Sebagai contoh, apabila kita memasukkan sebuah bola
kecil kedalam zat cair, terlihatlah batu tersebut mula-mula turun dengan cepat
kemudian melambat hingga akhirnya sampai didasar zat cair. Bola kecil tersebut
pada saat tertentu mengalami sejumlah perlambatan hingga mencapai gerak lurus
beraturan. Gerakan bola kecil menjelaskan bahwa adanya suatu kemampuan yang
dimiliki suatu zat cair sehingga kecepatan bola berubah. Mula-mula akan
mengalami percepatan yang dikarenakan gaya beratnya tetapi dengan sifat
kekentalan cairan maka besarnya percepatannya akan semakin berkurang dan
akhirnya nol. Pada saat tersebut kecepatan bola tetap dan disebut kecepatan
terminal. Hambatan-hambatan dinamakan sebagai kekentalan (viskositas). Akibaat
viskositas zat cair itulah yang
menyebabkan terjadinya perubahan yang cukup drastic terhadap kecepatan batu.
Aliran
viskos, dalam berbagai masalah keteknikan pengaruh viskositas pada
aliran adaalh kecil, dan dengan demikian
diabaikan. Cairan kemudian dinyatakan sebagai tidak kental (invicid) atau
seringkali ideal dan diambil sebesar nol. Tetapi jika istilah aliran viskos
dipakai, ini berarti bahwa viskositas tidak diabaikan.
Untuk
benda homoogen yang dicelupkan kedalam zat cair ada tiga
kemungkinan yaitu, tenggelam, melayang,
dan terapung.
Oleh
kaarena itu percobaan ini dilakukan agar praktikan dapat mengukur
viskositas berbagai jenis zat cair.
Karena semakin besar nilai viskositas dari larutan maka tingkat kekentalan
larutan tersebut semakin besar pula.
1.2
Tujuan
-
Mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi viskositas
-
Mengetahui macam-macam metode pengukuran
viskositas
-
Mempelajari kegunaan dari alat
viskometer Ostwald dan piknometer
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA
Viskositas suatu zat
cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan aliran cairan. Viskositas
dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan, yang melalui tabung berbentuk
silinder. Cara ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan dapat
digunakan baik untuk cairan maupun gas (Bird, 1993).
Viskositas adalah
indeks hambatan aliran cairan. Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju
aliran cairan yang melalui tabung berbentuk silinder. Viskositas ini juga
disebut sebagai kekentalan suatu zat.
Jumlah volume cairan yang mengalir melalui pipa per satuan waktu.
ŋ = viskositas cairan
V = total volume cairan
t = waktu yang dibutuhkan untuk mencair
p = tekanan yang bekerja pada cairan
L = panjang pipa (Bird, 1993).
Makin kental suatu
cairan, makin besar gaya yang dibutuhkan untuk membuatnya mengalir pada
kecepatan tertentu. Viskositas disperse koloid dipengaruhi oleh bentuk partikel
dari fase disperse dengan viskositas rendah, sedang system disperse yang
mengandung koloid-koloid linier viskositasnya lebih tinggi. Hubungan antara
bentuk dan viskositas merupakan refleksi derajat solvasi dari partikel
(Respati, 1981).
Bila viskositas gas meningkat dengan naiknya temperature,
maka viskositas cairan justru akan menurun jika temperature dinaikkan.
Fluiditas dari suatu cairan yang merupakan kelebihan dari viskositas akan
meningkat dengan makin tingginya temperature (Bird,1993).
Cara-cara penentuan
viskositas
a.
Pada viscometer Ostwald yang diukur
adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah tertentu cairan untuk mengalir
melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri.
Pada percobaan sebenarnya, sejumlah tertentu cairan (misalnya 10 cm3,
bergantung pada ukuran viscometer) dipipet kedalam viscometer. Cairan kemudian
dihisap melalui labu pengukur dari viscometer sampai permukaan cairan lebih
tinggi daripada batas a. cairan kemudian dibiarkan turun ketika permukaan
cairan turun melewati batas a, stopwatch mulai dinyalakan dan ketika cairan
melewati tanda batas b, stopwatch dimatikan. Jadi waktu yang dibutuhkan cairan
untuk melalui jarak antara a dan b dapat ditentukan. Tekanan ρ merupakan
perbedaan antara kedua ujung pipa U dan besarnya disesuaikan sebanding dengan
berat jenis cairan (Respati,1981).
Berdasarkan
hokum Heagen Poisuille :
Dimana
: p = tekanan hidrostatis
r = jari-jari kapiler
t
= waktu aliran zat cair sebanyak
volume V dengan beda tinggi h
L = panjang kapiler
Untuk air :
Ŋair = πρr4
. ta . pa.g.h / ( 8VL)
Secara
umum berlaku :
Ŋx
= πρr4 . tx . px.g.h / ( 8VL)
Jika
air digunakan sebagai pembanding, maka :
Ŋx
/ ŋair = tx.ρx / taρa
(Respati,1981).
b.
Viskometer hoppler
Pada
viscometer ini yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah bola logam
untuk melewati cairan setinggi tertentu. Suatu benda karena adanya gravitasi
akan jatuh melalui medium yang berviskositas (seperti cairan misalnya), dengan
kecepatan yang semakin besar sampai mencapai kecepatan maksimum. Kecepatan
maksimum akan tercapai bila gravitasi sama dengan fictional resistance medium
(Bird,1993).
Berdasarkan hokum stokes pada
kecepatan bola maksimum, terjadi keseimbangan sehingga : gaya gesek = gaya
berat, gaya Archimedes :
6πrVmax
= 4/3 r3 (ρbola – ρcair) g
Ŋ
= { 2/g r3 (ρbola – ρcair) g } / Vmax
Vmax
= h / t
Dimana
: t = waktu jatuh bola pada ketinggian h
Dalam
percobaan ini dipakai cara relative terhadap air, harganya :
Ŋa
= [ 2/g r2 (ρa – ρ1) g ta ] / h
Ŋx
= [ 2/g r2 (ρx– ρ1) g tx ] / h
Ŋx/
Ŋa = [ (ρx – ρ1) g tx ] / [ (ρa – ρ1)
g ta ]
c.
Viscometer cup dan Bob
Prinsip kerjanya sampel digeser
dalam ruangan antara dinding luar
Bob
dan dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengan-tengah. Kelemahan
viscometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan gesekan yang
tinggi disepanjang keliling bagian tube sehingga menyebabkan penemuan
konsentrasi. Penurunan konsentrasi ini menyebebkan bagian tengah zat yang
ditekan keluar memadat. Hal ini disebut aliran sumbat (Bird, 1993).
d.
Viskometer Cone dan Plate
Cara
pemakaiannya adalah sampek yang ditempatkan di tengah-tengah papan, kemudian
dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor dengan
bermacam kecepatan dan sampelnya digeser didalam ruang sempit antara papan yang
diam dan kemudian kerucut yang berputar (Bird, 1993).
Konsep Viskositas
Fluida,
baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat kekentalan
yang berbeda. Viskositas alias kekentalan sebenarnya merupakan gaya gesekan
antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida. Jadi molekul-molekul yang
membentuk suatu fluida saling gesek-menggesek ketika fluida fluida tersebut
mengalir. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya
tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas
disebabkan oleh tumbukan antara molekul (Bird, 1993).
Fluida
yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air. Sebaliknya,
fluida yang lebih kental biasanya lebih sulit mengalir, contohnya minyak
goreng, oli, madu, dan lain-lain. Hal ini bias dibuktikan dengan menuangkan air
dan minyak goreng diatas lanyai yang permukaannya miring. Pasti hasilnya air
lebih cepat mengalir dari pada minya goreng atau oli. Tingkat kekentalan suatu
fluida juga bergantung pada suhu.
Semakin tinggi suhu zat cair, semakin kurang kental zat cair tersebut. Misalnya
ketika ibu menggoreng ikan di dapur, minyak goreng yang awalnya kental, berubah
menjadi lebih cair ketika dipanaskan. Sebaliknya, semakin tinggi suhu suatu zat
gas, semakin kental zat gas tersebut.
Perlu
diketahui bahwa viskositas atau kekentalan hanya ada pada fluida rill (rill =
nyata). Fluida rill / nyata adalah fluida yang kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari, seperti air sirup, oli, asap knalpot, dan lainnya. Fluida rill
berbeda dengan fluida ideal. Fluida ideal sebenarnya tidak ada dalam kehidupan
sehari-hari. Fluida ideal hanya model yang digunakan untuk membantu kita dalam
menganalisis aliran fluida (fluida ideal ini yang kita pakai dalam pokok
bahasan fluida dinamis) (Bird, 1993).
Satuan
system internasional (SI) untuk koifisien viskositas adalah Ns/m2 =
Pa.S (pascal sekon). Satuan CGS (centimeter gram sekon) untuk SI koifisien
viskositas adalah dyn.s/cm2 = poise (p). Viskositas juga sering dinyatakan dalam sentipolse (cp). 1 cp =
1/1000 p. satuan poise digunakan untuk mengenang seorang Ilmuwan Prancis,
almarhum Jean Louis Marie Poiseuille.
1
poise = 1 dyn. s/cm2 = 10-1 N.s/m2
Fluida
adalah gugusan molukel yang jarak pisahnya besar, dan kecil untuk zat cair.
Jarak antar molukelnya itu besar jika dibandingkan dengan garis tengah molukel itu.
Molekul-molekul itu tidak terikat pada
suatu kisi, melainkan saling bergerak bebas terhadap satu sama lain. Jadi
kecepatan fluida atau massanya kecapatan volume tidak mempunyai makna yang
tepat sebab jumlah molekul yang menempati volume tertentu terus menerus berubah
(while, 1988).
Fluida
dapat digolongkan kedalam cairan atau gas. Perbedaan-perbedaan utama antara
cair dan gas adalah :
a.
Cairan praktis tidak kompersible,
sedangkan gas kompersible dan seringkali harus diperlakukan demikian.
b.
Cairan mengisi volume tertentu dan
mempunyai permukaan-permukaan bebas, sedangkan agar dengan massa tertentu
mengembang sampai mengisi seluruh bagian wadah tempatnya (While, 1988).
Definisi Piknometer
Piknometer
adalah alat yang digunakan untuk mengukur nilai massa jenis atau densitas dari
fluida. Berbagai macam fluida yang diukur massa jenisnya, biasanya dalam
praktikum yang diukur adalah massa jenis oli, minyak goreng, dan lain-lain.
Piknometer itu terdiri dari 3 bagian, yaitu tutup pikno, lubang, gelas atau
tabung ukur. Cara menghitung massa fluida yaitu dengan mengurangkan massa pikno
berisi fluida dengan massa pikno kosong. Kemudian di dapat data massa dan
volume fluida, sehingga tinggal menentukan nilai cho/massa jenis (ρ) fluida
dengan persamaan = cho (ρ) = m/v (Whille, 1988).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
viskositas :
1.
Suhu
Viskositas
berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka viskositas akan turun, dan
begitu sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan partikel-partikel
cairan yang semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan menurun kekentalannya.
2.
Konsentrasi larutan
Viskositas
berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan konsentrasi
tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi larutan
menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume. Semakin
banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikrl semakin tinggi dan
viskositasnya semakin tinggi pula.
3.
Berat molekul solute
Viskositas
berbanding lurus dengan berat molekul solute. Karena dengan adanya solute yang
berat akan menghambat atau member beban yang berat pada cairan sehingga
manaikkan viskositas.
4.
Tekanan
Semakin tinggi
tekanan maka semakin besar viskositas suatu cairan.
BAB
3
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat
- viscometer Ostwald
- piknometer
- stopwatch
- Neraca analitik
- thermometer
- beker gelas
3.1.2 bahan-bahan
- aquades
- alcohol
- minyak goring
- bensin
- tissue
3.2 Prosedur percobaan
3.2.1 Pengukuran densitas
- dibilas piknometer dan viskositas
hingga bersih dan kering anginkan
- ditimbang piknometer dalam keadaan
kosong
- diisi
piknometer secara bertahap dengan aquades, minyak goring, alcohol dan bensin
serta ditimbang pula saat piknometer dalam keadaan terisi
- dibilas kembali piknometer hingga
bersih dengan sabun cair.
3.2.2 Pengukuran suhu fluida/larutan
-
dimasukkan thermometer kedalam masing-masing larutan, aquades, etanol, minyal
goring, dan bensin
- diukur masing-masing suhu larutan
- Dicatat
3.2.3 Pengukuran
viskositas
-
dimasukkan keempat jenis larutan kedalam viscometer secara bertahap, sebelum
itu diukur suhunya masing-masing
-
dihubungkan mulut pipa kapiler viscometer lainnya dengan memompa gas manual
-
dituang secukupnya cairan yang akan diukur, kemudian pompa cairan tersebut
hanya melewati tanda batas A
- Ditutup lubang atau mulut pipa kapiler viscometer
yang terbuka degan menggunakan jari dan lepaskan pemompa gas manual
- Dinyalakan stopwatch sesaat setelah jari
dilepaskan sehingga cairan turun melewati batas A dan matikan stopwatch sesaat
setelah melewati tanda batas B
-
dilakukan tiga kali perlakuan yang sama untuk setiap jenis larutan yang akan diukur.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Hasil pengukuran viskositas
No
|
Larutan
|
Waktu
|
Suhu ( C )
|
||
t1
|
t2
|
t3
|
|||
1.
|
Aquades
|
1,42
|
1,23
|
1,16
|
300
|
2.
|
Alcohol
|
1,89
|
1,91
|
1,89
|
290
|
3.
|
Bensin
|
0,98
|
0,99
|
0,97
|
290
|
4.
|
Minyak goreng
|
51,45
|
50,90
|
48,01
|
290
|
4.1.2 Hasil pengukuran densitas
No
|
Larutan
|
Massa piknometer + larutan
|
Massa larutan
|
1.
|
Aquades
|
25,64 gr
|
10,19 gr
|
2.
|
Alcohol
|
24,50 gr
|
9,05 gr
|
3.
|
Bensin
|
23,20 gr
|
7,75 gr
|
4.
|
Minyak goreng
|
24,75 gr
|
9,3 gr
|
4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan waktu rata-rata
4.2.1.1 Perhitungan waktu rata-rata Ostwald
t = t1 + t2 + t3
3
= 1,42 + 1,23 + 1,16
3
= 1,27
4.2.1.2 Perhitungan waktu rata-rata alcohol
t =
t1 + t2 + t3
3
= 1,89 + 1,91 + 1,89
3
= 1,89
4.2.1.3 Perhitungan waktu rata-rata bensin
t =
t1 + t2 + t3
3
= 0,98+ 0,99 + 0,97
3
= 0,98
4.2.1.4 Perhitungan waktu rata-rata minyak goreng
t =
t1 + t2 + t3
3
= 51,54+ 50,90 + 48,02
3
= 50,12
4.2.2 Pengukuran Densitas Larutan
4.2.2.1 Pengukuran densitas larutan aquades
ρ1 =
W1 – Wk
V
= 25,64 – 15,45
10
=
1,019
4.2.2.2 Pengukuran densitas larutan alkohol
ρ1 =
W1 – Wk
V
= 24,50 – 15,45
10
=
0,905
4.2.2.3 Pengukuran densitas larutan bensin
ρ1 =
W1 – Wk
V
= 23,20 – 15,45
10
=
0,775
4.2.2.4 Pengukuran densitas larutan alkohol
ρ1 =
W1 – Wk
V
= 24,75 – 15,45
10
=
0,93
4.2.3 Pengukuran viskositas secara teori
Diketahui : ŋ1
= 0,0080 ρ, T1 = 30oC H2O
ŋ1
= 0,0100 ρ, T1 = 30oC etanol/alcohol
ŋ1
= 0,0056 ρ, T1 = 30oC minyak goreng
ŋ1
= 0,0316 ρ, T1 = 30oC bensin
4.2.3.1 Pengukuran viskositas aquades
Ŋ2 =
ŋ1 . T1
T2
Ŋ2 = 0,0080 ρ . 30oC
30oC
= 0,0080 ρ
4.2.3.2 Pengukuran viskositas alkohol
Ŋ2 =
ŋ1 . T1
T2
Ŋ2 = 0,0100 ρ . 30oC
29oC
= 0,0103 ρ
4.2.3.3 Pengukuran viskositas bensin
Ŋ2 =
ŋ1 . T1
T2
Ŋ2 = 0,0056 ρ . 30oC
29oC
= 5,793x10-3 ρ
4.2.3.4 Pengukuran viskositas minyak goreng
Ŋ2 =
ŋ1 . T1
T2
Ŋ2 = 0,0316 ρ . 30oC
29oC
= 0,0327 ρ
4.2.4 Pengukuran viakositas secara praktik
4.2.4.1 Pengukuran viskositas alcohol
ŋ1 ρ1(t) = ŋ2
= ŋ1 . ρ2t2
ŋ2 ρ2t2 ρ1t1
= ŋ2
= 0,0080 . 0,0905 . 1,89
1,019 .
1,27
= 0,0106
4.2.4.2 Pengukuran viskositas bensin
ŋ1 ρ1t1 = ŋ2
= ŋ1 . ρ2t2
ŋ2 ρ2t2 ρ1t1
= ŋ2
= 0,0080 . 0,775 . 0,98
1,019 .
1,27
= 0,00469
4.2.4.3 Pengukuran viskositas minyak goreng
ŋ1 ρ1t1 = ŋ2
= ŋ1 . ρ2t2
ŋ2 ρ2t2 ρ1t1
= ŋ2
= 0,0080 . 0,93 . 50,12
1,019 .
1,27
= 0,2881
4.3 Pembahasan
Viskositas diartikan sebagai
resistensi atau ketidakmauan suatu bahan untuk mengalir yang disebabkan karena
adanya gesekan atau perlawanan suatu bahan terhadap deformasi atau perubahan
bentuk apabila bahan tersebut dikenai gaya tertentu.
Viskositas secara umum dapat juga
diartikan sebagai suhu tendensi untuk melawan aliran cairan karena internal friction untuk resistensi suatu
bahan untuk mengalami deformasi bila bahan tersebut dikenai suatu gaya. Semakin
besar resistensi zat cair untuk mengalir, maka semakin besar pula
viskositasnya. Viskositas pertama kali diselidiki oleh Newton, yaitu dengan
mensimulasikan zat cair dalam bentuk tumpukan kartu. Zat cair diasumsikan
terdiri dari lapisan-lapisan molekul yang sejajar satu sama lain. Lapisan
terbawah tetap diam, sedangkan lapisan atasnya bergerak, dengan cepatan konstan
sehingga setiap lapisan memiliki kecepatan gerak yang berbanding langsung
dengan jaraknya terhadap lapisan terbawah. Perbedaan kecepatan dv antara dua
lapisan yang dipisahkan dengan jarak sebesar dx adalah dv/dx atau kecepatan
gesek. Gaya per satuan luas yang diperlukan untuk mengalirkan zat cair tersebut
F/A atau tekanan geser.
Viskositas suatu bahan dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu suhu, viskositas berbanding terbalik dengan suhu.
Jika suhu naik maka viskositas akan turun dan begitu pula sebaliknya. Hal ini
disebabkan karena adanya gerakan partikel-partikel cairan yang semakin cepat
apabila suhu ditingkatkan dan menurunkan kekentalannya. Konsentrasi larutan,
viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan
konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena
konsentrasi larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan
volume. Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikel semakin
tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula. Berat molekul solute, viskositas
berbanding lurus dengan berat molukel solute, karena dengan adanya solute yang
berat akan menghambat atau memberi beban yang berat pada cairan sehingga menaikkan
viskositasnya. Tekanan, akan bertambah jika nilai dari viskositas itu
bertambah. Semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu zat cair.
Pada viscometer Ostwald yang diukur
adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah tertentu cairn untuk mengalir
melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri.
Berdasarkan hokum Heagen Poiseuille : ŋ = cpr4t/(8VL) P = pgh
= πpr4pgh/(8VL). Dimana p = tekanan hidrostatis, r = jari-jari
kapiler, t= waktu alir zat cair sebanyak volume V dengan beda tinggi h, L =
panjang kapiler. Untuk air : ŋair = πpr4 ta. Pa.g.h / (8VL) secara umum berlaku ŋx = πpr4txpxgh / (8VL). Jika air digunakan sebagai
pembanding maka ŋx/ ŋair = txpx/tapa (Tim Kimia Fisik, 2010 )
Berdasarkan hokum stokes dengan
mengamati jatuhnya benda melalui medium zat cair yang mempunyai gaya gesek yang
makin besar bila kecepatan benda jatuh makin besar π = 2r.2d – dm.g.9.s.t (1+2,
4rR). Ketererangan cairan, g = gaya gravitasi, s = jarak jatuh (a – ob), t =
waktu bola jatuh, r = jari-jari tabung viskosimeter (Anekcheiftein,2010)
Persamaan Navier-stokes (dinamakan
dari daude Louis Navier dan Gorge Gabriel Stokes), adalah serangkaian persamaan
yang menjelaskan pergerakan dari suatu fluida seperti cairan dan gas.
Persamaan-persamaan ini menyatakan bahwa perubahan dalam momentum (percepatan)
partikel-partikel fluida yang bergantung hanya kepada gaya viskos tekanan
eksternal yang bekerja pada fluida. Kita dapat mengembangkan persamaan gerakan
untuk fluida, nyata dengan memperhatikan gaya-gaya yang bekerja pada suatu
elemen kecil fluida. Penurunan persamaan ini, yang disebut persamaan
Navier-stokes (Streeter, 1996).
Hukum Poiseville berlaku hanya pada
aliran fluida laminar dengan viskositas konstan yang tidak bergantung pada kecepatan
fluida. Bila aliran fluida cukup besar, aliran laminar rusak dan mengalami
turbulensi. Kecepatan kritis yang diatasnya dari tabung, jika fluida mengalir
lewat sebuah pipa panjang horizontal berpenampang konstan yang sempit tekanan
sepanjang akan konstan.
Cara penentuan harga kekuatan dalam
percobaan ini menggunakan metode Ostwald yang mana prinsip kerjanya berdasarkan
waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah tertentu cairan untuk mengalir melalui pipa
kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Alat yang
digunakan untuk mengukur viskositas disebut viscometer.
Piknometer adalah alat yang
digunakan untuk mengukur massa jenis atau densitas dari fluida. Piknometer
terdiri dari 3 bagian, yaitu : tutup pikno, lubang, dan gelas atau tabung ukur.
Satuan yang digunakan, biasanya massa dalam satuan gram, volume dalam satuan mL
= cm3. Jadii satuan P adalah dalam g / cm3.
Metode pengukuran viskositas terdiri
dari viknometer kapiler / Ostwald pada metode ini viskositas ditetntukan dengan
mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan uji untuk lewat antara dua tanda
ketika ia mengalir karena gravitasi, melalui satuan tabung kapiler vertical.
Waktu alir dari cairan yang diuji, dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan
bagi suatu cairan yang viskositasnya sudah diketahui, biasanya air, untuk lewat
antara dua tanda tersebut. Jika ŋ1 dan ŋ2 maing-masing adalah viskositas dari
cairan yg tidak diketahui dan cairan standar, p1 dan p2 adalah
kerapatan dari masing-masing cairan, t1 dan t2 masing-masing adalah waktu alir
dalam detik. Viskosimeter Hoppler, pada viskositas ini yang diukur adalah waktu
yang dibutuhkan oleh sebuah bola logam untuk melewati cairan setinggi tertentu.
Suatu benda karena adanya gravitasi akan jatuh melalui medium yang berviskositas
dengan kecepatan yang semakin besar sampai mencapai kecepatan maksimum.
Kecepatan maksimum akan tercapai bila gravitasi sama dengan frictional
resistance medium. Viscometer cup dan Bob, prinsip kerjanya sampel digeser
dalam ruangan antara dinding luar dari bob dan dinding dalam dari cup dimana
bob masuk persis ditengah-tengah. Kelemahan viscometer ini adalah terjadinya
aliran sumbat yang disebabkan geseran yang tinggi disepanjangkeliling bagian
tube sehingga menyebabkan penemuan konsentrasi. Penurunan konsentrasi ini
menyebabkan bagian tengah zat yang ditekan keluar memadat. Hal ini disebut
aliran summbat. Viscometer corner dan plate, cara pemakaiannya adalah sampel
ditempatkan ditengah-tengah papan, kemudian dinaikkan hingga posisi dibawah
kerucut-kerucut digerakkan oleh motor dengan bermacam kecepatan dan sampelnya
digeser didalam ruang sempit antara papan yang diam dan kemudian kerucut yang
berputar.
Dari percobaan pengukuran viskositas
zat cair didapatkan nilai rata-rata aquades 1,27, alcohol 1,89, bensin 0,98,
dan minyak goring 50,12. Selain itu didapatkan juga hasil pengukuran densitas
larutan aquades sebesar 1,019, alcohol 0,905, bensin 0,775, dan minyak goring
0,93. Pengukuran viskositas secara teori pada aquades sebesar 0,0080 p, alcohol 0,0103 p, bensin 0,005793 P, minyak
goring 0,0327 p. Pengukuran
viskositas secara praktik pada alcohol 0,010, bensin 0,00469, dan minyak goring
sebesar 0,2881. Jelas terlihat bahwa viskositas yang tertinggi terdapat pada
minyak goreng yang terkecil terdapat pada bensin. Artinya minyak goreng
merupakan larutan yang paling kental.
Dalam percobaan terdapat beberapa
bahan yang digunakan yaitu alcohol, nama lainnya adalah etanol, senyawa ini
merupakan liquid yang tidak berwarna dan mudah menguap pada suhu rendah serta mudah
terbakar pada suhu tinggi. Alcohol memiliki rumus molekul CH3OH.
Alcohol memiliki kerapatan 0,79 g/cm3, titik didih : 78oC
(3,5 K). alcohol dapat bercampur dengan pelarut organic. Air, rumus molekulnya
H2O, densitasnya 1000 kg m-3, liquid (4oC),
917 kg m-3, solid, titik didih 100oC, 212oF
(373,15oK), viskositasnya 0,001 pa/s ∆t 20o. merupakan
jenis senyawa liquid yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau pada
keadaan standar. Bensin (gasoline) yang memiliki rumus kimia C5-C12, mudah
terbakar. Minyak goreng, memiliki titik didih tinggi, viskositas tinggi,
bersifat polar, dan pada suhu kamar bentuknya cair.
Dalam percobaan ini terdapat
beberapa faktor kesalahan yaitu alat-alat yang kurang bersih, sehingga
didapatkan hasil yang kurang maksimal, begitu juga dalam menggunakan stopwatch
yang kurang tepat, sehingga hasilnya pun kurang maksimal.
Aplikasi viskositas dalam kehidupan
sehari-hari adalah :
-
Mengalirnya darah dalam pembuluh darah
vena
-
Proses penggorengan ikan (semakin tinggi
suhunya, maka semakin kecil viskositas minyak goreng)
-
Mengalirnya air dalam pompa PDAM yang
mengalir kerumah-rumah kita
-
Tingkat kekentalan oli pelumas
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Faktor-faktor yang
mempengaruhi viskositas yaitu suhu, tekanan, konsentrasi larutan, dan berat
molekul solute.
- Metode pengukuran
viskositas yaitu viscometer kapiler/Ostwald, viscometer Hoppler, viscometer cup dan bob, dan
viscometer cone dan plate.
- Kegunaan dari viscometer Ostwald
adalah alat yang digunakan untuk mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan
tersebut untuk lewat 2 tanda ketika mengalir karena gravitasi melalui pipa
kapiler viscometer Ostwald. Dan kegunaan piknometer adalah suatu alat yang
digunakan untuk nilai massa jenis atau densitas fluida
5.2 Saran
Pada percobaan viskositas zat cair, terdapat
berbagai macam metode. Seperti viscometer Hoppler, viscometer cup dan Bob, dan
viscometer cone dan plate. Jadi hendaknya asisten tidak hanya menggunakan
metode viscometer Ostwald saja, tetapi metode yang lain juga. Agar pengetahuan
praktikan bertambah.
DAFTAR PUSTAKA
Bird,
Tony. 1993. Kimia Fisik Untuk
Universitas. Jakarta : PT Gramedia
Dudgale.
1986. Mekanika Fluida Edisi 3.
Jakarta : Erlangga
Respati,
H. 1981. Kimia Dasar Terapan Modern. Jakarta
: Erlangga
Streeter, Victol L dan E. Benjamin While. 1996. Mekanika Fluida Edisi Delapan jilid I. Jakarta
: Erlangga
While,
Frank.M. 1988. Mekanika Fluida edisi ke-2
jilid I. Jakarta : Erlangga
Komentar
Posting Komentar